Vaping Justru Lebih Bahaya dari Rokok untuk Metabolisme Tubuh (Menurut Data Ini)

September 13, 2025
Wigo

Belakangan ini aku sering lihat temen-temen yang dulunya ngerokok sekarang beralih ke vaping.

Alasannya klasik: Dianggapnya lebih aman atau buat alasan untuk berhenti merokok.

Valid sih. Logikanya masuk akal.

Tapi kemarin aku baca beberapa penelitian terbaru tentang vaping dan cara kerja tubuh kita. Hasilnya… menarik. Dan agak bikin mikir ulang soal anggapan “vaping = alternatif yang lebih aman”.

Bukan berarti aku mau menghakimi atau ceramah ya. Ini cuma sharing data yang aku temukan. Kamu yang tentukan sendiri mau gimana.

Di artikel ini, kita akan bahas:

  • Penelitian terbaru tentang vaping dan resistensi insulin
  • Mekanisme biologis di baliknya (dengan bahasa yang mudah dipahami)
  • Strategi realistis buat yang mau berhenti
  • Tips jaga kesehatan metabolisme secara umum

Mari kita mulai dengan melihat apa kata penelitian terbaru.

Penelitian Terbaru

Selama ini, narasinya sederhana:

Rokok = berbahaya karena tar dan ribuan zat kimia.
Vaping = lebih bersih karena “cuma” uap air, nikotin, dan beberapa bahan tambahan.

Masuk akal, kan?

Tapi beberapa studi terbaru malah menunjukkan sudut pandang yang berbeda. Bukan soal paru-paru, tapi soal cara tubuh mengolah gula dan lemak.

Studi dari Korea 2024 yang dipublikasikan di di Korean Journal of Family Medicine menemukan hubungan antara penggunaan rokok elektrik dengan resistensi insulin. Kesimpulan mereka tegas: “Temuan kami menunjukkan bahwa penggunaan rokok elektrik berhubungan dengan resistensi insulin..”

Penelitian dari Johns Hopkins tahun 2022 bahkan lebih spesifik: pengguna vaping punya 22% risiko lebih tinggi untuk kena prediabetes dibanding yang gak merokok atau vaping sama sekali.

Jadi masalahnya bukan cuma soal paru-paru, tapi juga bisa soal cara tubuh mengolah gula.

Perspektif Dr. Bikman: Hubungannya dengan Peradangan

Dr. Benjamin Bikman, ilmuwan metabolisme yang fokus meneliti resistensi insulin, punya pandangan menarik soal ini.

Menurut penelitiannya, vaping dan rokok sama-sama bikin tubuh meradang. Dan peradangan itu salah satu penyebab utama tubuh jadi susah mengolah gula darah dengan baik.

Yang bikin menarik: kalau dibandingkan zat per zat, beberapa bahan kimia di uap vaping malah berpotensi lebih bikin peradangan dibanding rokok biasa. Terutama saat proses pemanasan yang mengubah bahan dasar jadi zat berbahaya lainnya.

Tapi tunggu dulu.

Di podcast video yang aku lihat, Dr. Bikman bilang kalau dia baru aja mulai penelitian ini.

Menurutku, penelitiannya ini pasti akan masih terus berkembang.

Yang dia tekankan: baik merokok maupun vaping sama-sama bikin tubuh meradang.

Bagaimana Mekanismenya Bekerja?

Sekarang pertanyaan besar: kenapa vaping bisa berhubungan dengan resistensi insulin? 

Ini menurut pemahamanku secara pribadi ya.. setelah belajar di beberapa studi dan video yang aku lihat, ada beberapa jalur yang menghubungkan keduanya:

1) Jalur Peradangan 

Saat kamu vaping, tubuh mendeteksi zat asing masuk lewat paru-paru. Sistem imun langsung aktif dan mulai proses peradangan. 

Sama kayak kalau ada maling di rumah kita, alarm rumah kita bunyi dan kita mulai menangkap maling tersebut. Nah, zat asing ini adalah maling tersebut.

Masalahnya, kalau berkepanjangan dan akhirnya jadi peradangan kronis, ini bisa “mengganggu” cara insulin bekerja di seluruh tubuh.

Bayangkan insulin seperti kunci, dan sel-sel tubuh seperti gembok. Peradangan kronis bikin gembok jadi “karatan” – kuncinya masih sama, tapi susah buka gemboknya. Akibatnya, gula darah naik karena gak bisa masuk ke sel dengan lancar.

2) Efek Nikotin 

Nikotin sendiri punya efek langsung ke sistem metabolisme. Dia bisa:

  • Meningkatkan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin, yang dapat mengganggu fungsi insulin dan menyebabkan resistensi insulin.
  • Mengubah cara tubuh memproses glukosa, protein dan lemak (atau nutrisi lainnya), berpotensi memicu peningkatan kadar gula darah dan kolesterol jahat.
  • Dapat merusak sel beta di pankreas, sehingga mengganggu produksi insulin yang merupakan hormon penting untuk mengelola gula darah (dan nutrisi lainnya).

Catatan: Memang ada nikotin alami di beberapa sayuran seperti tomat, kentang, dan terong. Tapi dosisnya sangat kecil – untuk dapat nikotin setara 1 batang rokok, kamu harus makan sekitar 10-40 kg tomat sekaligus. Plus, nikotin di sayuran datang bersamaan dengan serat, antioksidan, dan nutrisi yang justru melindungi tubuh dari peradangan. Beda banget dengan nikotin di vaping yang datang bersamaan dengan zat kimia hasil pemanasan.

3) Zat Kimia Lainnya 

Proses pemanasan di vaping mengubah bahan dasar jadi senyawa lain. Ada kemungkinan beberapa di antaranya ternyata lebih reaktif dan bisa memicu peradangan lebih kuat dari tar rokok.

Logikanya: makin banyak peradangan, makin susah insulin bekerja normal. (Karena itu tadi, pintu gembok di sel kita udah karatan jadi susah dibuka oleh insulin)

4) Stress Oksidatif 

Vaping juga produksi “radikal bebas” – molekul jahat yang bisa merusak sel. Kerusakan sel ini bikin tubuh makin susah respon sama insulin dengan baik.

Semua jalur ini gak bekerja sendirian, tapi saling berhubungan. Makanya, efek ke resistensi insulin bisa cukup signifikan meskipun “cuma” vaping.

Mengapa Masalah Gula Darah Penting

Mungkin sampai sini kamu mikir: “Resistensi insulin tuh apa sih? Kok kayaknya sepele?”

Menurutku, ini bukan sepele.

Resistensi insulin adalah kondisi di mana sel-sel tubuh jadi “tuli” terhadap sinyal insulin. Akibatnya, tubuh harus memproduksi insulin lebih banyak untuk menjaga gula darah tetap stabil.

Efek jangka pendek: energi naik-turun kayak roller coaster, otak sering blank, pengen ngemil terus tapi gak pernah puas.

Efek jangka panjang: diabetes, penyakit jantung, fatty liver, bahkan Alzheimer (yang sekarang disebut “diabetes tipe 3”).

Yang bikin rumit: resistensi insulin ini bisa berkembang bertahun-tahun sebelum ketahuan di tes darah. Pas udah ketahuan, kerusakannya udah lumayan parah. Makanya, menurutku penting juga untuk cek kadar insulin bukan cuma cek kadar gula darah aja.

Dan penelitian yang masih berkembang mengatakan kalau vaping mungkin ikut andil dalam resistensi insulin ini.

Penelitian Ini Belum Sempurna

Sebelum kamu panik atau malah cuek, penting untuk mengetahui keterbatasan dari penelitian-penelitian ini.

Pertama, hubungan belum tentu sebab-akibat.
Banyak pengguna vaping yang sebelumnya perokok. Jadi masalah gula darahnya dari bekas merokok atau dari vaping? Susah dibedakan.

Kedua, faktor lain yang ikut berperan.
Gaya hidup pengguna vaping sering beda dengan orang yang gak merokok sama sekali. Pola makan, olahraga, tingkat stres, kualitas tidur – semua bisa mempengaruhi gula darah.

Ketiga, penelitian masih singkat.
Kebanyakan studi baru lihat efek jangka pendek. Belum ada data lengkap untuk efek jangka panjang.

Keempat, setiap orang itu beda.
Ada orang yang lebih gampang kena masalah gula darah terlepas dari merokok atau enggak. Faktor keturunan, komposisi tubuh, usia – semua bisa berperan.

Jadi ini bukan masalah hitam-putih.

Yang jelas: baik merokok maupun vaping sama-sama ada resikonya. Tapi seberapa besar resikonya masih diperdebatkan.

Buat Yang Mau Berhenti (Apapun Alasannya)

Entah kamu yakin dengan penelitian ini atau cuma pengen berhenti karena alasan lain, ini beberapa cara realistis yang bisa dicoba:

  1. Cara Bertahap

Jangan langsung berhenti total kecuali kamu super kuat mental. Kebanyakan orang gagal karena sakaw terlalu berat.

Turunkan kadar nikotin pelan-pelan. Dari yang tinggi ke sedang, terus ke rendah, akhirnya ke nol.

Kalau rokok, kurangin aja dari 1 pack ke setengah pack sampai bisa berhenti total.

Estimasi Waktu: Gak perlu ditarget yang terlalu ketat, sesuaikan aja dengan kemampuan kamu.

Aku pribadi dulu pas mau berhenti ngerokok juga kumat-kumatan gitu kok, pernah berhenti selama 2 tahun terus kumat lagi selama setahun, naik turun gitu terus. Jadi gak masalah.

Asal niatnya kuat nanti pasti ada jalan buat berhenti total.

  1. Atasi Aspek Psikologis

Merokok dan vaping bukan cuma soal kecanduan kimiawi. Ada yang namanya kecanduan perilaku yang sering lebih susah dihilangkan.

Kebiasaan mulut yang jadi kecut kalau gak ada sesuatu yang dihisap (apalagi kalau habis makan), jadi pelepas stres saat lagi tertekan, kegiatan nongkrong bareng temen, atau pengisi waktu kosong saat bosan – cari tahu pemicu apa yang bikin kamu pengen vaping atau merokok.

Ganti dengan hal lain: permen karet, mainan fidget, coba latihan pernapasan, atau cari kebiasaan lain yang bisa puasin keinginan tanpa nikotin: olahraga ringan misalnya.

Dulu aku juga awal-awal berhenti merokok cari gantinya ini lumayan susah. Soalnya aku gak cuma permen karet aja tapi juga jadi sering ngemil. Paradoxnya, ini malah membuat berat badan naik – kan jadi sama-sama kena resistensi insulin dengan cara lain.

Tapi karena niat berhenti merokok ini kuat, ya akhirnya udah hampir 5 tahun aku lepas dari rokok sampai sekarang. Yang penting adalah konsistensi sama komitmen jangka panjang, meskipun ada efek sampingnya di awal.

Tips tambahan buat menghindari berat naik berlebihan: fokus ke protein saat ngemil (telur rebus, kacang-kacangan) daripada makanan manis atau tepung-tepungan. Ini bisa bantu kontrol nafsu makan sekaligus jaga gula darah tetap stabil.

  1. Cari Dukungan

Jangan sendirian. Ceritakan rencana kamu ke orang terdekat. 

Kalau mau ekstrim, tulis aja di bio sosmed kayak gini:
“Berhenti merokok demi anakku di masa depan. Hari ke __ tanpa rokok/vape. Update harian #QuitJourney”

Bisa juga dengan gabung grup online, pakai aplikasi, atau bahkan konsul ke dokter kalau perlu.

Peluang berhasil jauh lebih besar kalau ada yang dukung dan ngingetin.

Jaga Kesehatan Tubuh Secara Umum

Terlepas dari merokok atau vaping, ada beberapa hal yang bisa meningkatkan sensitivitas insulin:

1) Tidur yang cukup
7-8 jam per malam, jadwal tetap konsisten. Tidur buruk = meningkatkan kondisi resistensi insulin.

2) Gerak badan
Gak harus gym. Untuk tahap awal jalan kaki 30 menit sehari udah bagus banget.

3) Kelola stres
Stres berlebihan bikin hormon stres naik, yang ganggu cara tubuh mengolah gula. 

Dan alasan hormon stres atau kortisol ini bisa hadir dikarenakan menganggap tubuh lagi membutuhkan gula karena lagi stres akhirnya bisa memaksa liver untuk memproduksi lebih banyak glukosa, membuat kadar gula darah semakin tinggi.

4) Makan Real Food
Gak peduli kamu mau pakai metode diet yang gimana, soalnya banyak banget perdebatan di luar sana. 

Ada vegan, karnivor, atkin, paleo, dan lain-lain. Kalau aku pribadi, aku tetep pro yang seimbang, karena di setiap metode diet tetap ada positif dan negatifnya. 

Inti dari semua metode diet adalah kurangi makanan kemasan, perbanyak protein dan serat. Makanan manis dan tepung bikin gula darah naik-turun secara signifikan.

5) Kasih jeda makan
Beri kesempatan tubuh istirahat dari makan, misalnya puasa 12-16 jam dari malam sampai siang atau pagi harinya.

Gak harus semuanya langsung diperbaiki. Kuncinya adalah fokus pada menambah perilaku positif, bukan cuma menghilangkan yang negatif.

Kesimpulan

Penelitian tentang vaping dan kesehatan tubuh masih terus berkembang. Ada bukti-bukti baru yang mengkhawatirkan, tapi juga masih banyak yang belum jelas.

Yang pasti: baik merokok maupun vaping sama-sama punya risiko. Keduanya gak sepenuhnya aman.

Tapi ini bukan soal nakut-nakutin atau menghakimi. Karena aku tau sendiri berhenti merokok atau vaping ini pasti susah banget. Aku di sini cuma kasih informasi yang sudah ada dan kamu tetap bebas untuk mengambil keputusan.

Kamu tetap punya hak untuk memilih berdasarkan seberapa besar risiko yang mau kamu ambil, keadaan kamu, dan prioritas hidup kamu.

Yang penting: tetap terbuka dan mau cari tahu informasi terbaru, jujur sama diri sendiri, dan jangan malu minta bantuan kalau memang dibutuhkan.

Ilmu pengetahuan akan terus berkembang. Pemahaman kita soal efek jangka panjang akan terus bertambah.

Yang bisa kita lakukan sekarang adalah buat keputusan terbaik berdasarkan informasi yang ada, sambil tetap terbuka dengan informasi baru.

Akhir kata:
Terus bergerak. Terus belajar. Terus berserah.

Terima kasih udah baca sampai akhir dan sampai jumpa di Sabtu depan.

– Wigo SP

Referensi:

  1. Association between E-Cigarette Smoking and Insulin Resistance Using the Triglyceride-Glucose Index in Korean Adults: Korea National Health and Nutrition Examination Survey
  2. Vaping Can Raise Blood Glucose, Lead to Prediabetes
  3. The Insulin & Glucose Doctor: This Will Strip Your Fat Faster Than Anything! 

Disclaimer: Artikel ini dibuat untuk tujuan informasi dan edukasi semata. Konten yang disajikan tidak dimaksudkan sebagai pengganti nasihat profesional di bidangnya. Pembaca disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli terkait sebelum menerapkan informasi yang diberikan. Penulis tidak bertanggung jawab atas tindakan yang diambil berdasarkan informasi dalam artikel ini.


SUbscribe & temukan ide baru untuk self-growth

Setiap Sabtu pagi, kamu akan mendapatkan insight untuk hidup lebih sehat dan produktif! Join sekarang dan dapatkan Free Email Course: 6 Days to Reset Habits!