Cara terbaik mencintai diri sendiri adalah bukan dengan ‘mencintai’ diri sendiri, tapi dengan menciptakan gaya hidup.
Self-love bukan checkout Shopee tengah malam.
Bukan juga marathon drakor sambil nikmatin cemilan.
Itu cuma pelarian. Label “self-care” yang dibungkus rasa nyaman.
Mencintai diri sendiri yang sesungguhnya…
bukan soal memanjakan diri, tapi membangun pondasi hidup.
Pondasi yang tetap berdiri bahkan saat kamu:
– capek
– nggak termotivasi
– atau ngerasa hidup nggak ada arah.
Self-love = Self-leadership
Banyak yang mengira mencintai diri itu artinya memaafkan semua kebiasaan buruk. Padahal, self-love dimulai dari berani jujur dan menghadapi realita:
- “Aku butuh tidur yang cukup.”
- “Aku capek terus karena jarang gerak.”
- “Aku makan sembarangan karena stres.”
- “Aku overthinking karena nggak pernah kasih otakku waktu buat berhenti.”
Kamu nggak bisa memperbaiki sesuatu yang kamu pura-pura nggak tahu. Semakin kamu cuekin, semakin dalam luka itu numpuk.
Perubahan butuh keberanian buat ngadepin kenyataan, bukan pura-pura semuanya baik-baik aja padahal dalamnya berantakan.
Kalau terus dibiarkan, semua ketidakteraturan itu jadi bom waktu:
- Tiba-tiba sakit kepala
- Tubuh lemes padahal tidur udah cukup
- Pikiran sulit fokus padahal kerjaan numpuk
- Emosi naik turun kayak rollercoaster
- Malam-malam nggak bisa tidur padahal udah capek
- Sampai akhirnya burnout total
Masalah mental dan fisik ini saling berhubungan.
Mereka menciptakan siklus kelelahan dan pemulihan yang nggak ada ujungnya. Itulah kenapa orang yang bugar tetap melakukan olahraga.
Bukan karena mereka nggak punya rasa capek, tapi karena mereka tahu: gerak itu bagian dari pemulihan, bukan jadi tambahan beban.
Self-love yang sesungguhnya bukan tentang dimanja. Tapi dipimpin.
Kamu beraksi bukan karena lagi semangat, tapi karena kamu sadar kamu berharga.
Kamu tetap bergerak walaupun progresnya pelan, karena kamu tahu: stuck jauh lebih melelahkan.
Kamu nggak butuh lebih banyak motivasi instan. Kamu butuh sistem yang bantu kamu hidup stabil dan konsisten.
Kamu perlu kebiasaan-kebiasaan kecil yang bisa dijaga meskipun dalam kondisi hati sedang tidak ideal.
Self-love itu bukan perasaan sesaat. Tapi cara kamu mendesain kehidupanmu sehari-hari:
- Gimana kamu makan dan minum
- Seberapa cukup kamu tidur dan istirahat
- Seberapa sering kamu bergerak
- Apa yang kamu izinkan masuk ke kepala
- Gimana kamu merawat ruangan dan energi sekitar
Mencintai diri yang sejati bukan soal memanjakan keinginan, tapi menjaga apa yang benar-benar dibutuhkan tubuh dan pikiranmu setiap hari.
Kalau kamu baru peduli saat kelelahan datang, baru istirahat pas badan drop, baru makan sehat pas maag kambuh, baru gerak pas berat badan naik…
Itu bukan self-love. Itu reaksi alami dari otak yang memang dirancang untuk menghindari rasa nggak nyaman.
Perubahan besar datang saat kamu sadar: tubuh itu bukan objek buat dilatih saat kamu sempat. Tapi partner hidup yang layak kamu prioritaskan setiap hari.
Self-love itu bukan konsep mistis yang cuma bisa kamu temuin di halaman buku motivasi. Bukan juga sesuatu yang hanya dipahami lewat teori.
Ini soal bagaimana kamu hidup yang dibentuk dari hal kecil, berulang, dan sering kali membosankan.
Semua itu berawal dari keputusan untuk jadi orang yang hadir buat dirinya sendiri.
Masalahnya: kamu tahu self-love itu penting, tapi seringkali nggak tau harus mulai dari mana. Atau bingung: “Ini aku lagi mencintai diri sendiri, atau malah sedang memanjakan diri?”
Makanya, kamu perlu arah. Dan arah itu dimulai dari relasi dengan diri sendiri.
Latihan Jadi Teman Baik untuk Diri Sendiri

Coba bayangin kalau pasanganmu terlihat kelelahan, ngeluh capek, dan mulai kehilangan semangat menjalani hari. Apa yang akan kamu lakukan?
Mungkin kamu bakal bilang:
- “Sayang, kamu kelihatan capek hari ini. Jalan-jalan, yuk.”
- “Kamu nggak harus pura-pura kuat terus kok.”
- “Kalau capek, istirahat aja. Nggak apa-apa.”
Tapi… kenapa ke diri sendiri kamu malah:
- Maksa terus kerja padahal udah capek banget
- Begadang mikirin hal-hal yang bahkan belum tentu kejadian
- Nahan lapar padahal badan gemetar, tapi tetap dipaksa multitasking
Self-love itu bukan tentang dimanja atau hidup enak. Tapi tentang jadi orang yang ngerti cara rawat dirinya sendiri.
Tentang belajar jadi teman yang baik buat diri sendiri, terutama saat hidup nggak baik-baik aja.
Ironisnya, kamu bisa jadi support system buat banyak orang. Tapi sering lupa jadi support system buat dirimu sendiri.
Berikut ini 4 latihan harian buat mulai membangun hubungan sehat dengan dirimu sendiri:
1. Listen – Dengarkan Tubuhmu
Tubuh itu nggak pernah bohong. Kadang dia cuma minta kamu berhenti sebentar. Tapi kamu sibuk nyuruh dia lanjut terus.
Misalnya:
- Tubuh kaku: Duduk seharian depan laptop bikin pinggang kerasa sakit. Itu tandanya kamu butuh berdiri dan jalan bentar, bukan nambah kopi lagi.
- Sering sakit-sakitan: Batuk nggak sembuh-sembuh, gampang masuk angin, atau badan sering anget tapi nggak jelas penyebabnya. Bisa jadi itu sinyal tubuhmu udah terlalu capek dan mulai minta perhatian. Kadang bukan soal virus, tapi karena kamu nggak kasih ruang buat pemulihan.
- Mood swing dan lemes terus: Bisa jadi karena kamu udah lama nggak gerak, kurang tidur, atau nggak tahu mana informasi yang bikin kamu makin tenang, dan mana yang malah bikin otakmu capek tanpa kamu sadar.
Tubuhmu bukan robot. Dia nggak kerja pakai logika, tapi pakai rasa. Dan rasa itu hal pertama yang kamu cuekin waktu hidupmu mulai sibuk.
Mendengarkan tubuh itu bukan hal sepele. Itu satu-satunya cara kamu bisa ngerti kapan harus gas dan kapan harus rem, biar kamu nggak tumbang di tengah jalan.
2. Respect – Hargai Batasanmu
Kalau kamu terus-terusan kejar semua hal, tapi nggak pernah ngasih ruang buat diri sendiri, ujung-ujungnya kamu yang tumbang.
Batasan itu bukan tembok yang bikin kamu jauh dari kehidupan, tapi batas sehat yang bantu kamu tetap waras, tetap sadar, dan tetap tahu arah di tengah dunia yang sibuk dan penuh kebisingan ini.
Berikut 4 cara buat mulai belajar respect ke diri sendiri:
1) Belajar Bilang “Tidak” Tanpa Rasa Bersalah
Bilang “iya” ke semua hal nggak bikin kamu makin baik.
Kadang kamu cuma takut ngecewain orang, padahal kamu sendiri udah mau roboh.
Latih diri buat bilang:
“Maaf, aku nggak bisa sekarang.”
“Aku perlu waktu buat diriku sendiri.”
Batasan itu dimulai dari keberanian nolak yang nggak sesuai kapasitasmu.
2) Jauhi ‘Vampir Energi’
Kamu pasti punya satu-dua orang yang bikin kamu capek setiap habis ketemu.
Entah karena drama, ngeluh terus, atau bikin kamu ngerasa bersalah mulu.
Jaga jarak bukan berarti kamu jahat.
Itu tanda kamu tahu mana hubungan yang sehat dan mana yang nguras energi.
3) Kurangi Doomscrolling
Berita buruk nggak ada habisnya. Kalau kamu buka Twitter atau TikTok tiap bangun tidur, jangan heran kalau kamu langsung ngerasa cemas.
Coba batasi konsumsi informasi kayak kamu atur waktu makan snack: ada porsinya.
Buka berita 1–2 kali sehari cukup.
Biar pikiranmu punya ruang buat fokus ke hal yang bisa kamu kontrol.
4) Nikmati Waktu Sendiri
Nggak harus bareng orang lain buat ngerasa cukup atau bahagia.
Sendiri itu bukan kesepian. Itu ruang buat kenal diri sendiri lebih baik.
Coba lakukan hal kecil:
- Nulis di kamar sambil muter lagu favorit
- Workout di rumah tanpa mikirin hasil, tanpa perlu upload ke sosmed
- Jalan kaki keliling komplek tanpa bawa HP biar kamu bisa nikmatin pemandangan sekitar
Kamu nggak perlu validasi terus-menerus. Kamu cuma butuh bukti bahwa kamu bisa hadir buat diri sendiri.
3. Support – Dukung Diri Sendiri lewat Hal Kecil
Dukungan terbaik sering datang dari kebiasaan paling kecil yang kita lakuin diam-diam. Nggak perlu drama. Tapi justru itu yang bikin hidupmu lebih stabil.
Berikut ini 3 bentuk dukungan kecil yang terbukti ngebantu kamu lebih kuat, lebih stabil, dan lebih sayang sama diri sendiri:
1) Rayakan Pencapaian Kecil
Tiap kali kamu nyelesain hal kecil, kasih waktu 3 detik buat bilang ke diri sendiri: “Nice, udah selesai.”
Karena otak butuh rasa kemenangan. Dopamin keluar bukan cuma pas sukses besar, tapi juga pas kamu nyelesain hal sederhana.
Misal: nyapu, mandi, gerak, atau bangun tepat waktu.
Contoh merayakannya:
- Ceklis to-do list
- Ucapin ke diri sendiri: “Lumayan, udah sempat gerak hari ini.”
- Bilang ke diri sendiri: Aku udah bisa mulai, dan itu langkah yang nggak semua orang bisa lakuin.”
2) Bersyukur Setiap Hari
Bersyukur itu kayak sinyal ke otak buat berhenti nyari kekurangan.
Dan ketika kamu bersyukur, otak ngelepas serotonin dan dopamin, bikin moodmu stabil dan energi cepat balik lagi.
Contoh lainnya:
- Bangun tidur dengan mengucapkan syukur atas kesehatan dan kesempatan menjalani hari baru.
- Atau sekedar menikmati momen bersama keluarga dan orang terdekat
3) Ganti Cara Bicara ke Diri Sendiri
Self-talk itu kayak narator dalam kepala. Kalau terus nyindir dan nyalahin, kamu bakal ngerasa salah terus.
Tapi kalau dia suportif, kamu bisa tetap berprogres meskipun pelan-pelan.
- Daripada ngomong:
- “Aku bodoh banget.”
- Lebih baik bilang:
- “Aku belum paham sekarang. Tapi aku bisa belajar.”
- Daripada ngomong:
- “Aku gabut banget hari ini.”
- Lebih baik bilang:
- “Hari ini aku istirahat. Dan itu juga perlu.”
Suara di kepala kamu bisa jadi musuh, bisa juga jadi penyelamat.
Jadi mulai hari ini, pilih kalimat yang bikin kamu ngerasa didampingi, bukan dihakimi.
4. Forgive – Maafkan dan Ajak Bangkit Lagi
Gagal itu wajar. Tapi bangkit setelah gagal, itu latihan yang nggak semua orang mau jalani.
Self-love bukan berarti kamu nggak pernah jatuh. Tapi kamu mau nolong diri sendiri waktu jatuh.
1 hal sederhana yang bisa kamu lakuin setelah gagal:
Jadikan pelajaran, bukan penyesalan
Contoh:
“Tadi kebanyakan scroll, jadi nggak sempat olahraga. Besok atur alarm buat mulai 15 menit bangun lebih pagi.”
Di sini kamu lagi ngelatih otakmu buat berhenti overthinking dan mulai problem solving.
Mulai Jadi Rumah untuk Dirimu Sendiri
Self-love itu bukan sekedar ‘mencintai’ diri sendiri.
Tapi gaya hidup yang dibentuk dari 4 kebiasaan kecil untuk bantu kamu tetap sehat di tengah hidup yang padat:
- Dengarkan tubuhmu → biar nggak nunggu tumbang baru istirahat
- Hargai batasanmu → biar kamu tetap fokus tanpa kehabisan energi
- Support dirimu sendiri → biar kamu tetap stabil meski nggak ada yang support
- Maafkan dan bangkit lagi → biar kamu nggak kejebak rasa kegagalan yang berulang
Nggak perlu waktu luang berjam-jam.
Cukup satu keputusan sadar yang kamu ulang setiap hari.
Terima kasih udah baca.
Sampai jumpa Sabtu depan.
— Wigo SP
Disclaimer: Artikel ini dibuat untuk tujuan informasi dan edukasi semata. Konten yang disajikan tidak dimaksudkan sebagai pengganti nasihat profesional di bidangnya. Pembaca disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli terkait sebelum menerapkan informasi yang diberikan. Penulis tidak bertanggung jawab atas tindakan yang diambil berdasarkan informasi dalam Artikel ini.