Rahasia Kelam Di Balik “Bapak Vitamin D” Amerika

August 9, 2025
Wigo

Hari ini aku mau cerita skandal yang bikin aku mikir ulang soal industri suplemen.

Bagaimana satu dokter berhasil bikin jutaan orang Amerika merasa “kekurangan” vitamin D dan harus beli suplemen, padahal dia sendiri dibayar ratusan ribu dollar sama perusahaan yang untung dari rekomendasi dia.

Tapi tenang, aku juga bakal kasih tau kebenaran soal vitamin D yang sesungguhnya. Karena kita perlu tau mana yang beneran penting dan mana yang cuma marketing aja.

Dr. Michael Holick: Si “Bapak Vitamin D” Amerika

Dr. Michael Holick adalah dokter dari Boston University yang dijuluki “Bapak Vitamin D” Amerika. Kalau kamu pernah denger tentang “epidemi kekurangan vitamin D,” kemungkinan besar itu ide dia.

Dia obsesi banget sama vitamin D. Sampai pernah nulis: “Aku kadang bertanya-tanya, apakah dinosaurus mati karena kekurangan vitamin D?”

Saking seriusnya. Dia sampe mikirin dinosaurus segala.

Sebagai peneliti, dia memang jago. Udah 650+ penelitian dan penemuan penting soal vitamin D. Tapi masalahnya dimulai ketika dia jadi “sales” vitamin D.

Gimana Caranya Bikin “Epidemi” dalam Semalam

Tahun 2010, para ahli independen bikin laporan tebal 1.132 halaman tentang vitamin D. Kesimpulan: kebanyakan orang Amerika udah cukup vitamin D dari makanan dan sinar matahari.

Standar mereka: level ≥20 ng/mL = cukup. Dengan standar ini, cuma 20% orang Amerika yang “kekurangan.”

Enam bulan kemudian, Dr. Holick pimpin organisasi dokter untuk bikin standar baru: ≥30 ng/mL.

Boom! Dalam semalam, 80% orang Amerika jadi “kekurangan” vitamin D.

Cuma ganti angka standar aja. Tiba-tiba ada “epidemi” vitamin D.

Plot Twist: Dia Dibayar Perusahaan Suplemen

Ternyata, Dr. Holick punya konflik kepentingan:

1. Konsultan Lab Tes: Dia dibayar $1,000 per bulan sama Quest Diagnostics (perusahaan tes vitamin D) sejak 1979. Makin banyak orang dites, makin untung perusahaan ini.

2. Uang dari Big Pharma: Antara 2013-2017, dia terima $163,000 dari perusahaan farmasi yang jual suplemen vitamin D.

3. Dibayar Industri Tanning Bed: Yang paling gila, dia terima $150,000 dari industri tanning bed dan bilang tanning bed “direkomendasikan” buat vitamin D. Padahal tanning bed udah terbukti penyebab kanker kulit.

4. Ngajarin Dokter Cari Duit: Di bukunya, dia secara terbuka ngajarin dokter cara coding asuransi yang tepat biar bisa dibayar pas ngetest vitamin D pasien.

Dia literalnya ngajarin cara ubah praktik medis jadi mesin duit.

Hasilnya: Industri Triliunan Rupiah

Strategi dia berhasil total:

  • Lonjakan tes vitamin D: Setelah pedoman 2011 yang dipimpin Dr. Holick menaikkan ambang batas “cukup” vitamin D, jumlah tes melonjak tajam di seluruh AS.
  • Biaya Medicare membengkak: Pada 2016, Medicare menghabiskan lebih dari USD 365 juta (setara ±Rp5,6 triliun) hanya untuk tes vitamin D, menjadikannya salah satu tes darah termahal yang dilakukan secara rutin.
  • Pasar suplemen meledak: Penjualan suplemen vitamin D berkembang menjadi industri bernilai miliaran dolar per tahun.

Cukup satu revisi angka ambang batas “cukup” untuk memicu keuntungan raksasa bagi industri tes dan suplemen.

Penelitian Besar Buktiin Dia Salah

Yang ironis, pas penelitian besar dan objektif dilakukan, hasilnya ngebantah semua klaim dia.

VITAL Trial (studi vitamin D terbesar sepanjang masa dengan 25.871 orang) selama 5 tahun hasilnya: vitamin D gak ngurangin kanker, penyakit jantung, atau kematian.

Studi lain di New Zealand dengan 5.110 orang: gak ada efek apa-apa.

Meta-analisis 81 studi dengan 53.537 orang: “Gak ada alasan minum suplemen vitamin D buat kesehatan tulang dan otot.”

Jadi selama ini kita dibohongin?

Terus, Vitamin D Penting Gak Sih?

Vitamin D memang penting. Tapi gak sepenting yang diklaim industri.

Yang beneran butuh suplemen:

  • Orang yang gak pernah kena sinar matahari
  • Level vitamin D di bawah 12 ng/mL dengan gejala nyata (tulang sakit, otot lemah), biasanya terjadi di usia 60 tahun ke atas
  • Punya penyakit ginjal atau masalah penyerapan nutrisi

Yang GAK butuh suplemen:

  • Level 15-25 ng/mL tapi sehat-sehat aja
  • Yang punya motivasi buat “cegah kanker” (masih belum terbukti)
  • Semua orang di negara tropis kayak Indonesia

Cara Dapetin Vitamin D Secara Alami

Dari sinar matahari:

  • 15-30 menit paparan langsung tanpa sunscreen
  • Pagi setelah jam 10 atau sore setelah jam 3
  • 3-4 kali seminggu udah cukup

Dari makanan:

  • Ikan berlemak (salmon, sarden)
  • Kuning telur
  • Jamur yang kena sinar UV

Apa Kata Para Ahli Sekarang?

Menariknya, organisasi dokter yang sama yang bikin “epidemi” vitamin D tahun 2011, pada tahun 2024 udah ganti rekomendasi:

  • Tidak disarankan minum suplemen vitamin D kalau sehat dan umur di bawah 75 tahun
  • Tidak disarankan tes vitamin D rutin kalau gak ada gejala
  • Fokus ke populasi yang beneran butuh aja

Pelajaran Buat Kita

Dari skandal ini, aku belajar:

  1. Selalu cek siapa yang bayar si “ahli” – kalau ada dokter gencar promosi sesuatu, tanya: siapa yang untung?
  2. Waspada sama “epidemi” mendadak – kalau tiba-tiba ada penyakit yang katanya semua orang kena, mungkin itu cuma marketing
  3. Tubuh kita gak se-rusak itu – evolusi udah bikin tubuh yang bisa adaptasi. Kita mungkin gak butuh sebanyak suplemen yang diklaim industri
  4. Jadi konsumen yang cerdas – jangan anti-vitamin D total, tapi juga jangan langsung percaya semua klaim

Pengalaman Kamu Gimana?

Sekarang aku pengen denger cerita kamu:

  • Pernah tes vitamin D dan dibilang “kekurangan” padahal sehat-sehat aja?
  • Ngerasa manfaat nyata dari suplemen vitamin D, atau cuma sugesti?
  • Sebagai orang Indonesia yang banyak sinar matahari, apa kamu masih merasa perlu suplemen?

Kalau aku pribadi, gak pernah tes vitamin D. Aku fokus ke gaya hidup sehat secara keseluruhan: makan real food, olahraga, tidur cukup, jemur pagi. Puji Tuhan, jarang banget sakit.

Bukan berarti aku anti-suplemen ya. Dulu aku ya pernah pakai suplemen, tapi gak konsisten. Cuma aku percaya sebagian besar kebutuhan tubuh bisa dipenuhi secara alami kalau kita hidup sehat. 

Pada akhirnya Vitamin D juga bukan satu-satunya faktor dan penyebab semua gejala dan solusi kesehatan. Semuanya harus seimbang.

Yang penting: konsultasi sama dokter yang kamu percaya sebelum mengambil keputusan penting. Dan kalau ragu, cari second opinion.

Kesehatanmu terlalu berharga buat dijadiin komoditas bisnis.

Share pengalamanmu dengan balas email ini kalau kamu baca lewat email. Mari kita belajar dari pengalaman nyata, bukan dari iklan suplemen.

Terima kasih udah baca.
Sampai jumpa Sabtu depan.

– Wigo SP

Referensi:


Disclaimer: Artikel ini dibuat untuk tujuan informasi dan edukasi semata. Konten yang disajikan tidak dimaksudkan sebagai pengganti nasihat profesional di bidangnya. Pembaca disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli terkait sebelum menerapkan informasi yang diberikan. Penulis tidak bertanggung jawab atas tindakan yang diambil berdasarkan informasi dalam artikel ini.


SUbscribe & temukan ide baru untuk self-growth

Setiap Sabtu pagi, kamu akan mendapatkan insight untuk hidup lebih sehat dan produktif! Join sekarang dan dapatkan Free Email Course: 6 Days to Reset Habits!