Rahasia 36 Jam Tanpa Makan: Perubahan Metabolisme yang Jarang Dibicarakan Dokter

June 7, 2025
Wigo

Dalam 2 minggu ke depan, aku akan kasih tau kamu cara mengaktifkan “mode pembersihan tubuh” alami yang bisa:

  • ningkatin energi
  • ketajaman mental
  • kesehatan optimal 

Tanpa obat, tanpa suplemen mahal, cuma dengan mengubah KAPAN kamu makan. 

Dan semua dimulai dari 36 jam tanpa makan.

Kamu pasti pernah dibilangin dari kecil kalau makan 3x sehari itu wajib.

“Jangan telat makan ya, nanti sakit.”

“Sarapan itu penting, jangan sampai lupa.”

Tapi coba kasih tau, pernah nggak kamu bangun tidur, terus malah ngerasa super fokus dan berenergi, padahal belum makan sama sekali?

Ternyata, tubuhmu nggak butuh diisi makanan setiap beberapa jam. Malah, kadang dia butuh istirahat dari makanan.

Dan saat diberi istirahat 36 jam dari makanan, hal-hal ajaib mulai terjadi dalam tubuhmu.

Bukan sekadar buat turunin berat badan. Ini jauh lebih dalam dari itu.

Aku tau ini terdengar ekstrem buat sebagian orang.

“36 jam tanpa makan? Apa nggak pingsan?”

Dulu aku juga mikir gitu. Sampai aku coba sendiri dan ternyata tubuhku justru berterima kasih.

Jadi apa sebenarnya yang terjadi dalam tubuhmu selama 36 jam tanpa makan? Yuk kita bahas tiap fasenya.

Jam 0-14: Fase Peralihan Sumber Energi

Saat kamu mulai puasa, tubuhmu masih punya cukup glukosa di aliran darah dan glikogen (cadangan glukosa) di hati untuk beberapa jam pertama.

Tapi di titik ini, ada sesuatu yang penting juga terjadi: insulinmu mulai turun.

Penting banget buat dipahami: selama insulin tinggi, tubuhmu TIDAK BISA membakar lemak secara efektif. Salah satu tugas dari insulin pada dasarnya adalah “hormon penyimpanan lemak.”

Saat kamu terus-menerus ngemil sepanjang hari, insulinmu nggak pernah benar-benar turun, dan tubuhmu selalu dalam mode “simpan lemak” alih-alih “bakar lemak.”

Di jam 12-14, sesuatu yang menarik terjadi. Tubuhmu mulai mencapai titik di mana cadangan glikogen menipis, dan insulinmu sudah cukup rendah untuk memulai transisi ke pembakaran lemak.

Ini juga kenapa banyak orang merasa “brain fog” atau sedikit lemas di titik ini. Tubuhmu sedang beradaptasi dengan sumber energi baru.

Jam 16-24: Ketosis dan Autophagy Mulai Beraksi

Nah, di sinilah sihirnya dimulai.

Sekitar jam ke-16, tubuhmu mulai masuk ke fase ketosis: membakar lemak untuk menghasilkan keton yang jadi bahan bakar otak dan tubuh.

Dan di sinilah kamu mulai merasa “clarity” atau pikiran yang lebih jernih itu. “Brain fog” atau Kabut otak hilang. Fokus meningkat. Energi terasa lebih stabil.

Tapi yang lebih keren lagi, autophagy mulai terjadi.

Autophagy (dari bahasa Yunani yang artinya “makan diri sendiri”) adalah proses di mana tubuhmu mulai mendaur ulang sel-sel yang rusak, protein yang tidak berfungsi, dan komponen seluler lain yang sudah nggak berguna.

Bayangkan seperti cleaning service internal yang membersihkan “sampah” menumpuk di dalam tubuhmu.

Menurut Dr. Andrew Huberman, profesor neuroscience dari Stanford, autophagy (proses pembersihan sel) terjadi terutama saat kita tidur dan diperkuat oleh puasa. 

Dia menjelaskan bahwa saat berpuasa, tubuh mengalami “metabolic switching” dari pembakaran glukosa ke pembakaran lemak dan mengaktifkan jalur pembersihan sel yang penting untuk kesehatan otak dan longevity.

Proses ini sangat penting untuk:

  • Memperlambat penuaan
  • Meningkatkan fungsi otak
  • Mencegah berbagai penyakit degeneratif
  • Meningkatkan sensitivitas insulin

Autophagy adalah proses alami yang sebenarnya sudah diprogram dalam tubuh kita, tapi jarang terjadi pada orang modern, karena kita terlalu sering makan.

Jam 24-36: Human Growth Hormone dan BDNF Meningkat

Memasuki hari kedua, hal-hal semakin menarik.

Di periode ini, produksi Human Growth Hormone (HGH) meningkat signifikan. 

Dr. Jason Fung, nephrologist dan penulis “The Complete Guide to Fasting,” menjelaskan bahwa puasa 36 jam adalah sweet spot untuk mengaktifkan autophagy maksimal dan peningkatan hormon pertumbuhan hingga 5 kali lipat. 

Dia menekankan bahwa setelah 24-36 jam, tubuh benar-benar beralih ke “repair mode” dimana autophagy mencapai puncaknya dan mulai membersihkan protein-protein rusak, termasuk kulit kendur dan sel-sel yang berpotensi kanker.

HGH ini bukan cuma buat atlet atau bodybuilder, ini hormon vital untuk:

  • Pemeliharaan dan perbaikan jaringan tubuh
  • Pembakaran lemak
  • Pertumbuhan otot
  • Fungsi kognitif
  • Kesehatan tulang

Yang nggak kalah pentingnya, Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF)—semacam “pupuk” untuk sel-sel otak yang juga meningkat.

BDNF:

  • Mendukung pertumbuhan neuron baru
  • Memperkuat koneksi saraf
  • Meningkatkan daya ingat dan pembelajaran
  • Melindungi otak dari kerusakan

Inilah kenapa banyak orang yang menjalani puasa 36 jam melaporkan peningkatan kreativitas, fokus, dan kejelasan berpikir yang luar biasa.

Mitos dan Kesalahpahaman tentang Puasa 36 Jam

Sebelum kamu terburu-buru mencoba, ada beberapa mitos yang perlu diluruskan:

Mitos #1: Puasa Menurunkan Metabolisme

Fakta: Justru sebaliknya. Puasa jangka pendek (hingga 72 jam) telah terbukti meningkatkan metabolisme melalui peningkatan hormon norepinefrin: hormon yang mempercepat pembakaran kalori.

Saat berpuasa 36 jam, kadar norepinefrin meningkat dan membantu menggunakan lemak yang tersimpan sebagai sumber energi.

Mitos #2: Puasa Dapat Menghilangkan Otot

Fakta: Tubuh kita sangat pintar. Saat puasa singkat (kurang dari 3 hari), hormon pertumbuhan (HGH) meningkat dan membantu melindungi otot. Pemecahan otot baru terjadi signifikan jika puasa sangat lama (lebih dari 3 hari).

Kalau kamu sering olahraga angkat beban dan mendapatkan protein cukup di jendela makan, massa otot tetap akan tetap terjaga, bahkan bisa tumbuh.

Mitos #3: Puasa Berbahaya untuk Kesehatan

Fakta: Manusia telah berpuasa selama ribuan tahun, baik karena alasan spiritual maupun keterbatasan makanan. Tubuh kita berevolusi untuk bisa bertahan tanpa makan selama beberapa hari.

Tentu saja, puasa 36 jam tidak direkomendasikan untuk ibu hamil/menyusui, orang dengan diabetes tipe 1, atau mereka yang memiliki riwayat gangguan makan.

Cara Memulai Puasa 36 Jam (Buat Pemula)

Kalau kamu penasaran dan ingin mencoba, jangan langsung terjun ke puasa 36 jam. Bertahap dulu:

  1. Mulai dengan puasa 12 jam – Makan malam terakhir jam 8 malam, sarapan jam 8 pagi.
  2. Tingkatkan jadi 16 jam – Model 16:8 intermittent fasting, makan dalam jendela 8 jam (misalnya 12 siang – 8 malam).
  3. Coba puasa OMAD (One Meal A Day) – Makan sekali sehari selama 1-2 minggu.
  4. Baru lanjut ke puasa 36 jam – Lakukan 1-2 kali per bulan. (kalau aku pribadi 1 kali tiap hari Minggu)

Selama puasa:

  • Minum air putih minimal 2-3 liter
  • Elektrolit (sodium, kalium, magnesium) bisa membantu
  • Teh herbal tanpa pemanis diperbolehkan
  • Hindari aktivitas fisik berlebihan di puasa pertamamu

Tips penting: Jangan langsung makan berlebihan saat berbuka. Mulai dengan porsi kecil makanan padat nutrisi, lalu tunggu 30 menit sebelum makan lagi jika masih lapar. Intinya jangan kebanyakan karbohidrat.

Transformasi Personal dari Puasa 36 Jam

Aku pribadi, pertama kali coba puasa 40 jam, bukan 36 jam dan itu udah berjalan 6 bulan yang lalu. 

Hasilnya? Mind-blowing.

Yang paling terasa bukan saja berat badanku yang masih stabil, tapi kejelasan mental yang luar biasa. Seolah-olah kabut yang ada di otakku selama ini itu tiba-tiba terangkat.

Aku ngerasa makin kreatif. Makin fokus. Dan jadi gak gampang ngantuk di siang hari, yang biasanya terjadi karena lonjakan gula darah habis kebanyakan makan nasi. Kalaupun terasa ngantuk biasanya aku power nap selama 20 menit dan masalah selesai, bangun udah seger lagi.

Sekarang, aku rutin melakukan puasa 40 jam sekali seminggu sebagai “reset” metabolik. Rasanya seperti memberi tubuh kesempatan untuk membersihkan diri dan meregenerasi dari dalam.

“Tapi apa nggak lapar?” 

Jujur, ya, terutama selama 4-6 jam pertama setelah jam makan yang biasa terlewat. Tapi setelah itu, rasa lapar justru hilang. Dan kemampuan mengendalikan hubunganku dengan makanan jadi lebih sehat.

Puasa 36 Jam: Bukan untuk Semua Orang

Perlu aku tekankan: puasa bukan perlombaan atau one-size-fits-all.

Beberapa orang akan mendapatkan manfaat luar biasa dari puasa 36 jam, sementara yang lain mungkin lebih cocok dengan intermittent fasting 16:8 atau bahkan tidak berpuasa sama sekali.

Dengarkan tubuhmu. Sesuaikan dengan kebutuhanmu. Konsultasikan dengan profesional kesehatan jika kamu punya kondisi medis.

Yang terpenting bukan berapa lama kamu bisa puasa, tapi bagaimana puasa bisa membantumu mencapai tubuh dan pikiran yang lebih sehat.

Ingat: tubuhmu bisa jauh lebih pintar dari yang kamu kira. Kadang, tantangan terbesar bukanlah kapasitas tubuhmu, tapi batasan mental yang kita ciptakan sendiri.

Jadi, apakah kamu tertarik mencoba puasa 36 jam? Atau mungkin mau memulai dengan langkah yang lebih kecil dulu?

Apapun pilihanmu, aku harap artikel ini memberimu perspektif baru tentang apa yang terjadi ketika kamu memberi tubuhmu istirahat dari makanan.

Itu aja hari ini.
Terimakasih ya udah baca sampai akhir.
Sampai jumpa Sabtu depan.

– Wigo SP

Referensi:
Huberman Lab Podcast #41- https://www.youtube.com/watch?v=9tRohh0gErM
Dr. Jason Fung, MD – https://www.youtube.com/watch?v=v9Aw0P7GjHE


Disclaimer: Artikel ini dibuat untuk tujuan informasi dan edukasi semata. Konten yang disajikan tidak dimaksudkan sebagai pengganti nasihat profesional di bidangnya. Pembaca disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli terkait sebelum menerapkan informasi yang diberikan. Penulis tidak bertanggung jawab atas tindakan yang diambil berdasarkan informasi dalam Artikel ini.


SUbscribe & temukan ide baru untuk self-growth

Setiap Sabtu pagi, kamu akan mendapatkan insight untuk hidup lebih sehat dan produktif! Join sekarang dan dapatkan Free Email Course: 6 Days to Reset Habits!