Hari ini, kita akan belajar dan membahas tentang:
- Mengapa sebagian besar hipertensi tidak diketahui penyebabnya.
- Hubungan antara insulin dan tekanan darah tinggi.
- Solusi praktis untuk mengatasi masalah ini.
Jadi, seminggu belakangan ini aku belajar tentang hipertensi atau tekanan darah tinggi. Dan aku menemukan istilah “hipertensi esensial”.
Kedengarannya keren banget ya, kayak ada yang “esensial” atau penting gitu.
Padahal kalau diterjemahin artinya adalah: “Penyebab pastinya belum diketahui”
Iya, benar. 95% kasus hipertensi dikasih label “esensial” yang dalam dunia medis artinya belum ada penjelasan yang pasti.
Tapi aku mau cerita sesuatu yang bakal mengubah cara kamu melihat hipertensi selamanya.
Ternyata, ada satu faktor yang selama ini kurang mendapat perhatian: insulin.
Dan penelitian terbaru mulai menunjukkan kalau insulin tinggi mungkin jadi kunci dari banyak kasus hipertensi yang selama ini dianggap “misterius”.
Mengapa Insulin Jarang Diperiksa?
Coba pikir, kapan terakhir kali dokter periksa kadar insulin kamu?
Kemungkinan besar jawabannya: nggak pernah.
Padahal insulin sama pentingnya dengan gula darah buat kesehatan tubuh. Bahkan insulin bisa tinggi bertahun-tahun sebelum gula darah ikut naik.
Dalam praktik sehari-hari, kalau hasil gula darah normal, dokter biasanya nggak akan periksa insulin. Gula darah normal dianggap sebagai indikator bahwa tubuh masih bisa mengendalikan glukosa dengan baik.
Padahal ada skenario yang sering terlewat: resistensi insulin tahap awal. Di mana tubuh memproduksi lebih banyak insulin untuk menjaga gula darah tetap normal. Jadi gula darah terlihat “aman” di hasil lab, tapi insulin sudah mulai tinggi.
Dokter baru akan curiga dan periksa insulin kalau ada “Red Flag” seperti:
- Kulit menghitam di leher atau ketiak
- Berat badan naik terus padahal udah diet
- Riwayat keluarga diabetes
- Trigliserida tinggi atau kolesterol baik rendah
- Kondisi seperti PCOS atau perlemakan hati
Memang sudah menjadi tugas dokter untuk menangani penyakit bukan untuk mencegah suatu penyakit.
Aku juga sempat bingung: kenapa insulin bisa tinggi padahal gula darah normal? Logika sederhana yang aku pahami, kalau insulin tinggi pasti karena gula darahnya itu tinggi.
Soalnya hormon insulin kan merespon hadirnya gula darah berlebih di dalam darah.
Make sense kan?
Tapi, ternyata ada fase tersembunyi yang jarang dijelaskan:

Fase Awal: Insulin Tinggi, Gula Darah Normal
Pada tahap ini, sel-sel tubuh mulai “tuli” terhadap sinyal insulin (resistensi insulin). Tapi pankreas masih kuat dan akan mengkompensasi dengan memproduksi lebih banyak insulin.
Analoginya gini: bayangkan insulin adalah kunci dan sel adalah pintu. Ketika pintu (sel) mulai macet dan nggak terbuka dengan satu kunci saja, tubuh akan mengirimkan lebih banyak kunci untuk memastikan pintu tetap terbuka.
Karena jumlah “kunci” (insulin) sangat banyak, “pintu” (sel) akhirnya masih bisa terbuka dan gula bisa masuk. Akibatnya, gula darah tetap normal, tapi insulinnya sudah tinggi banget.
Fase Selanjutnya: Pankreas Mulai Lelah
Kondisi ini nggak bisa dipertahankan terus-menerus. Seiring waktu, pankreas lelah karena harus kerja ekstra keras. Kemampuannya memproduksi insulin mulai menurun.
Jumlah “kunci” (insulin) yang dikirim pankreas nggak sebanyak sebelumnya, sementara “pintu” (sel) masih macet. Akhirnya gula nggak bisa masuk ke sel dan mulai numpuk di darah.
Inilah saat gula darah mulai naik, bahkan nantinya juga bisa sampai diabetes.
Singkatnya:
- Awal: Insulin tinggi, gula darah normal (pankreas kerja ekstra)
- Selanjutnya: Insulin masih tinggi, gula darah ikut tinggi (pankreas mulai lelah)
Makanya banyak orang kaget pas tiba-tiba divonis diabetes, padahal “kemarin-kemarin gula darah normal.” Ternyata insulinnya sudah tinggi bertahun-tahun tanpa disadari.
Kenapa insulin jarang diperiksa?
Sederhananya, pemeriksaan insulin lebih rumit dan mahal dibanding periksa gula darah. Gula darah bisa diperiksa dalam 5-15 detik pakai alat sederhana, sementara insulin butuh lab khusus dengan hasil yang baru keluar besoknya.
Plus, belum ada cara yang jelas buat mengatasi insulin tinggi. Sementara buat gula darah tinggi atau tekanan darah tinggi, sudah ada obat-obatan yang terbukti efektif.
Menurutku ini bukan salah dokter, tapi lebih ke keterbatasan sistem dan prioritas pemeriksaan yang sudah jadi prosedur standar.
Bagaimana Insulin Bisa Bikin Tekanan Darah Tinggi?

Mari kita pahami dengan analogi sederhana.
Bayangkan pembuluh darah kamu itu kayak selang karet yang lentur. Buat air mengalir lancar, selang itu harus bisa mengembang dan mengecil sesuai kebutuhan.
Di dinding pembuluh darah ada zat namanya nitric oxide.
Ini adalah molekul ini bisa diproduksi secara alami oleh tubuh kita sendiri. Fungsi paling pentingnya adalah untuk merelaksasi otot-otot di dalam pembuluh darah, yang bisa membuat jadi lebih lebar dan meningkatkan sirkulasi.
Bahasa gampangnya, ini kayak pelumas yang bikin pembuluh darah tetap lentur dan responsif.
Bisa juga meningkatkan kadar nitric oxide ini dengan mengonsumsi makanan tertentu, termasuk sayuran hijau yang tinggi nitrat dan antioksidan.
Masalahnya: insulin tinggi mengganggu produksi nitric oxide.
Jadi pembuluh darah jadi kaku, nggak bisa beradaptasi dengan baik. Akibatnya jantung harus kerja lebih keras buat mengalirkan darah, dan tekanan darahpun naik.
Analoginya gini:
- Pembuluh darah = selang karet yang lentur
- Nitric oxide = pelumas yang bikin selang elastis
- Insulin tinggi = faktor yang mengganggu elastisitas
- Jantung terpaksa kerja lebih keras buat mengalirkan darah = Tekanan darah tinggi
Penelitian Terbaru yang Mengejutkan
Ada penelitian besar yang baru dipublikasikan di jurnal Cardiovascular Diabetology tahun 2023.
Para peneliti menganalisis data dari 8.513 orang Amerika yang punya hipertensi selama periode 20 tahun (1999-2018). Ini data nasional yang sangat kredibel.
Hasil penelitian ini cukup mengejutkan:
Orang dengan resistensi insulin tinggi punya risiko 49% lebih besar buat punya tekanan darah yang sulit dikontrol.
Bahkan efek ini paling terlihat pada kelompok yang sudah minum obat darah tinggi. Ini menunjukkan kalau resistensi insulin bisa mengganggu efektivitas obat.
Ini mungkin menjelaskan fenomena yang sering kita temui:
- Pasien yang sudah rajin minum obat bertahun-tahun tapi tekanan darah masih naik-turun
- Kebutuhan untuk menambah dosis atau ganti obat berkali-kali
- Kontrol tekanan darah yang kurang optimal meski sudah berusaha hidup sehat
Tanda-tanda Awal yang Sering Terlewat
Sebelum tekanan darah naik, tubuh biasanya sudah kasih sinyal selama bertahun-tahun:
Tanda fisik:
- Perut buncit (terutama di area pinggang)
- Susah turunkan berat badan padahal udah coba diet
- Kulit menghitam di leher atau ketiak
- Cepat lapar lagi setelah makan
Gejala sehari-hari:
- Mengantuk setelah makan
- Energi turun drastis di sore hari
- Susah konsentrasi
- Sering ngidam makanan manis
Seperti yang udah aku bilang tadi, semua gejala ini bisa muncul saat gula darah masih normal. Makanya banyak orang kaget pas tiba-tiba didiagnosis diabetes atau hipertensi.
Mengapa Pendekatan Ini Belum Umum?
Ada beberapa tantangan praktis kenapa pendekatan ini belum jadi standar medis:
Dari sisi pemeriksaan:
- Pemeriksaan insulin butuh lab yang lebih canggih
- Biaya masih jadi pertimbangan dalam sistem kesehatan
- Belum ada standar yang jelas untuk resistensi insulin
Dari sisi pengobatan:
- Belum ada obat khusus buat resistensi insulin
- Satu-satunya obat cuma perubahan gaya hidup yang butuh komitmen jangka panjang dari pasien
- Hasil perubahan gaya hidup butuh waktu lebih lama untuk terlihat dibanding obat
Dari sisi sistem:
- Pendidikan medis masih fokus ke pengobatan penyakit daripada pencegahan
- Dana penelitian lebih banyak dialokasikan ke pengembangan obat
- Sistem kesehatan dirancang buat perawatan akut daripada intervensi gaya hidup
Solusi Sesungguhnya: Atasi Akar Masalahnya
Kabar baiknya, resistensi insulin bisa diperbaiki tanpa obat dengan banyak cara seperti: olahraga rutin, tidur yang cukup, mengurangi stres, sampai ke pola makan.
Tapi khusus untuk hari ini, kita fokus ke satu strategi yang powerful dan mudah diterapkan: mengatur “kapan” kamu makan, bukan “apa” yang kamu makan.
Konsep dasarnya sederhana: setiap kali kamu makan, insulin naik. Kalau makan terlalu sering, insulin nggak pernah punya kesempatan buat turun ke level normal.
Yang perlu dipahami: Insulin butuh “waktu istirahat” buat bisa berfungsi optimal.
Caranya: perpanjang jeda makan.
Mulai dengan cara sederhana: buat jeda 14-16 jam antara makan malam dan makan pertama di hari berikutnya. Misal, makan terakhir jam 6 sore, makan pertama jam 8-10 pagi besoknya.
Ini bukan diet ketat. Untuk tahap awal kamu tetap makan biasa aja dalam jumlah yang cukup, ini cuma mengatur waktu makan aja. Gak usa mikirin dulu masalah gizinya. Masalah gizi bisa kamu pelajari pelan-pelan setelah kamu enjoy melakukan tahap awal ini.
Perubahan yang biasanya terasa dalam 2-4 minggu:
- Energi yang lebih stabil sepanjang hari
- Berkurangnya kelelahan mendadak
- Perbaikan dalam kontrol tekanan darah
- Tidur yang lebih nyenyak
Perspektif Baru tentang Hipertensi “Esensial”
95% hipertensi memang masih “esensial” dalam artian medis, tapi mungkin nggak selamanya harus begitu.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang peran insulin dalam mengatur tekanan darah, banyak kasus yang tadinya “tidak diketahui penyebabnya” mungkin bisa dijelaskan dan diatasi dengan lebih efektif.
Yang paling penting: ini bukan tentang menggantikan pengobatan medis yang sudah ada, tapi tentang menambahkan perspektif baru yang bisa melengkapi pengobatan konvensional.
Sampai hari ini, aku masih percaya kalau tubuh kita ini punya kemampuan menyembuhkan diri yang luar biasa. Kadang dia cuma butuh kondisi yang tepat buat bisa optimal lagi.
Hipertensi yang katanya ‘essential’ ternyata bisa jadi ‘optional’, kalau kita tau cara yang tepat.
Akhir kata:
Terus belajar. Terus bergerak. Terus berserah.
Terima kasih udah baca sampai akhir dan sampai jumpa di Sabtu depan.
– Wigo SP
Referensi:
- Association between insulin resistance and uncontrolled hypertension and arterial stiffness among US adults: a population-based study | Cardiovascular Diabetology
- https://www.healthline.com/nutrition/how-to-increase-nitric-oxide
- ROOT CAUSE Of High Blood Pressure & How To TREAT IT With Fasting! | Dr. Pradip Jamnadas
Disclaimer: Artikel ini dibuat untuk tujuan informasi dan edukasi semata. Konten yang disajikan tidak dimaksudkan sebagai pengganti nasihat profesional di bidangnya. Pembaca disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli terkait sebelum menerapkan informasi yang diberikan. Penulis tidak bertanggung jawab atas tindakan yang diambil berdasarkan informasi dalam artikel ini.



